Pinocchio's Philosophy
How does Pinocchio inspire learning and development
ARTICLE
Salah satu hobi yang belakangan saya tekuni selama pandemi adalah wood carving. Dan yang menjadi favorite saya adalah membuat artwork marionette wooden puppet. Sebagai informasi, marionette adalah boneka yang bisa digerakan dengan menggunakan string yang terhubung pada bilah kayu yang bisa digerak-gerakan. Kalau di Indonesia, mungkin lebih dikenal dengan wayang golek. Bisa dikatakan bahwa marionette adalah variasi wayang golek dari belahan dunia yang berbeda. Salah satu karakter yang paling populer dijadikan marionette adalah pinocchio.
Yang menarik dalam menekuni hobi ini adalah :
1. Proses menyelami filosofi dari karakter tokoh yang hendak dibuat.
2. Proses mengenali karakter kayu yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk membuat puppet.
3. Proses kontemplatif saat mengukir setiap sudut kayu sehingga akhirnya menjadi bentuk puppet.
Saat membuat marionette pinocchio ini, saya baru mengetahui bahwa ternyata cerita pinocchio sudah ada sejak1883 dan merupakan ekpresi pandangan politik dari penulisnya. Karakter Pinocchio versi Carlo Collodi (penulis awalnya) berbeda jauh dengan karakter Pinocchio dalam versi disney. Dalam versi Collodi, Pinocchio adalah bocah pemalas dan pembangkang terbuat dari kayu yang perlu belajar mencari nafkah tanpa mengharapkan pemberian orang lain. Sedangkan dalam versi disney, Pinocchio adalah tokoh anak manis yang berhasil memperbaiki integritas diri dan meraih impiannya menjadi manusia seutuhnya.
Selama proses pengukiran ternyata tidak berjalan dengan mulus. Saya menggunakan kayu mendaru pilihan yang cenderung keras dan mudah retak, namun memiliki urat kayu yang halus, artistik, tahan lama, dan tahan terhadap rayap karena memiliki aroma khas saat di potong. Sangat jarang pengerajin yang menggunakan jenis kayu ini. Selain karena susah dicari, karakter yang keras dan mudah retak membuatnya susah untuk diukir. Beberapa kali kayu yang saya gunakan retak dan tidak bisa digunakan lagi ketika sudah hampir jadi sebuah bentuk. Konsekuensi nya saya harus memulai mengukir dari awal lagi. Hal ini beberapa kali membuat saya frustasi dan berhenti. Namun ketika saya membayangkan karakter pinocchio yang hendak saya buat, membuat saya kembali melanjutkan proses carving tersebut.
Setelah sekian purnama akhirnya saya mulai mengenali karakter kayu ini dan bagaimana teknik untuk memotong setiap sudut nya. Apakah perlu mengikuti alur serat kayu ataukah harus cross cutting melawan arah serat kayu. Sampai akhirnya terbentuk lah sebuat puppet pinocchio seperti gambar ini. Ada kepuasan ketika melihat kayu yang tadi nya tidak berbentuk, akhirnya menjadi sebuah puppet.
Ketika saya flashback melihat proses pembuatan marionette ini, saya seperti menemukan korelasi dengan profesi saya dalam learning and development. Dalam prinsip learning and development, setiap orang suka berkembang, tidak ada manusia normal yang tidak ingin berkembang. Semua orang suka belajar, namun tidak semua , kadang kita sebagai leader atau mentor menemukan orang-orang yang mungkin bisa kita analogikan sebagai "material" yang keras dan mudah retak. Namun kita perlu menyelami lebih dalam untuk melihat potensi dibalik itu. Mungkin orang itu sebetulnya adalah seperti kayu mendaru yang langka dan berkualitas tinggi. Diperlukan kesabaran untuk mengenali karakter dan "serat kayu" nya. Sebelum kita menghakimi dengan berkata bahwa orang ini tidak bisa dibentuk, tidak ada harapan bagi dirinya, lebih baik kita mengevaluasi teknik kita dalam "mengukir" nya. Proses itu tidak akan mudah bagi kita sebagai leader atau mentornya , maupun bagi orang tersebut. Perlu kesabaran dari keduanya. Ada saat nya lelah dan perlu beristirahat lalu mengevaluasi semua prosesnya bersama-sama. Namun percayalah ketika akhirnya kayu itu menjadi sebuah karya, ada kepuasan yang tak terbayarkan yang akan kita rasakan sebagai leader atau mentornya.
Selamat mengukir dan menghasilkan karya...

